KABARET
“IDAMAN”
(Ikatan Pemuda Nurul Iman)
April/Rajab_2016 M/1437 H
“Abdul Qodir & Perampok”
NAMA TOKOH DAN PEMERAN
Syarifah
As Narator
Ilham As Abdul Qodir
Yolan As Ummii
Kafilah
Ridwan As
Khalid
Nadya As Zainab
Renita As Maryam
Hadi As Alhadi
Devita As Hafshah
Alivia As Sarah
Indy As Rukayah
Syifa Nur As Sofya
Syifa H As Salamah
Meisya As Fatimah
Irma As Halimah
Perampok
Setyadi As
Husain (ketua)
Putri As Asma
Indra As Ibrahim
Fuzan AS Abdullah
Fikri As Razaq
Dani As Aziz
Sandi As Mahmu
Kurang lebih 900 tahun yang lalu di negri Iraq di
sebuah kampung yang bernama Jailan. Terdapatlah seorang anak yang bernama ABDUL
QODIR. Suatu ketika Abdul Qodir naik keatas atap rumahnya dan melihat
pemandangan, tiba-tiba Allah membuat Abdul Qodir bisa melihat orang-orang yang
sedang wukuf dipadang Arafah Mekah yang letaknya sangat jauh sekali. Kejadian
ini membuat Abdul Qodir sangat menginginkan untuk menuntut ilmu ke negri
Bagdad. Abdul Qodirpun turun dan segera menemui ibunya untuk meminta izin.
Abdul Qodir : “ummi, tolong
serahkan aku kepada Allah dan izinkan aku untuk pergi mengaji ke Negeri
Bagdad."
ummi :“Masya Allah”
Abdul Qodir : “Astagfirllah, ummii maafkan perkataanku, karena sudah
membuatmu terkejut.”
ummi :”tak mengapa nak, mungkin sekarang
memang sudah waktunya ummi melepasmu.”
Abdul Qodir :”benarkah itu.?”
ummi :”Ya
tentu saja, ummii mengizinkanmu pergi menuntut ilmu ke negeri Bagdad, akan
tetapi ummi ada satu pesan untukmu.”
Abdul Qodir :”Apa itu ummi..?”
ummi :”Kamu
harus berjanji bahwa kamu akan senantiasa berkata jujur kapanpun, kepada
siapapun dan dalam keadaan apapun, karena jika kamu berbohong maka semua ilmu
yang kau dapatkan tidak akan bermanfaat”
Abdul Qodir :”Baiklah, aku berjanji untuk senantiasa berkata jujur. Insya Allah.”
ummi :”nak,
sebelum meninggal, ayahmu meninggalkan emas sebanyak 80 dirham. Yang memang
disiapkan untukmu pergi menuntut ilmu.”
Abdul Qodir :”Alhamdulillah ummi.”
ummi :”Tapi
nak, ummi dengar diperjalanan menuju negeri Bagdad ada sekawanan perampok, maka
dari itu ummi akan menjahitkan dirham ini dalam pakaianmu agar tidak ada yang
menduga bahwa kau mempunyai banyak dirham.”
Abdul Qodir :”Ya, terimakasih banyak ummi. Akan tetapi dengan siapa aku akan pergi
kesana.?”
ummi :”pergilah
nak, diperjalanan nanti kau akan bertemu dengan kafilah dagang yang hendak
pergi ke negeri Bagdad juga.”
Abdul Qodir :”Baiklah, aku akan segera pergi dan berkemas.”
ummi :”iya,
sementara itu ummi akan menyiapkan semua perbekalanmu.”
Abdul Qodir :”sudahlah ummi, tidak usah. Biarkan aku saja yang mengurusnya.”
ummi :”Baiklah, kalu begitu ummi akan
menjahitkan dirham ini pada bajumu..”
Abdul Qodir :”Iya, silahkan ummi.”
Beberapa
saat kemudian
ummii :”Alhamdulillah, baiklah nak ini
bajumu yang sudah ummi jahitkan kantong dirham didalamnya. Bagai mana dengan perbekalanmu,
apakah sudah selesai kau siapkan.?”
Abdul Qodir :”Alhamdulillah sudah. Terimakasih banyak ummi,sini biarkan aku
memakainya sekarang.”
Setelah selelasi memakai
Abdul Qodir :”umii.. kalau begitu aku pamit dulu”
ummi :”iya nak, walaupun berat untuk
melepasmu tapi ummi yakin kasih sayang ALLAH kepadamu jauh lebih besar dari
pada ummi. Karena itu aku serahkan engkau pada Allah. Pergilah na..! dan jangan
lupa pesan ummi untuk selalu berkata jujur, jika tidak maka ilmu yang kau
dapatkan akan sia-sia.”
Abdul Qodir :”Baik, aku akan selalu ingat apa pesan ummi. Aku pergi, doakan
aku.”
ummi :”iya nak tentu ummi akan selalu
mendoakanmu, hati-hati dijalan dan jaga dirimu baik-baik. Mintalah perlindungan
pada Allah karena hanya Allah lah yang bisa melindungimu nak.”
Abdul Qodir :”iya insya Allah, tak perlu khawatir ummi. Seperti yang ummi
katakan, aku akan selau berada dalam lindungan Allah. Assalamu’alaykum ummii.”
ummii :”iya nak, wa’alaykum salam.”
Abdul Qodirpun pergi meninggalkan
kampung halamannya di Naif, Jailan, Iraq untuk menuntut ilmu. Setelah
berjalan cukup jauh, akhirnya Abdul Qodir bertemu dengan kafilah dagang yang
hendak pergi ke negeri Bagdad.
Abdul Qodir :”assalaamu’alaykum.. Berhenti..!”
Semua kafilah :”Wa’alaykum salam.”
Khalid :”Ada apa nak, apakah ada yang bisa
kami bantu.?”
Abdul Qodir :”tuan, aku hendak bertanya.”
Khalid :”apa yang hendak kau tanyakan
nak.?”
Abdul Qodir :”apakah kalian hendak pergi ke negeri Bagdad.?”
Rukayah :”ya, benar sekali.”
Fatimah :”nak, mengapa engkau menanyakan hal itu.?”
Abdul Qodir :”aku hendak menuntut ilmu ke negeri Bagdad.”
Khadijah :”owh, jadi kau hendak
ikut bersama kami.?”
Abdul Qodir :”ya, itupun jika kalian mengizinkan.?!”
Sofya :”ya, mengapa tidak.???????!”
Zainab :”Ayo
nak, selamat datang dan selamat bergabung bersama kami.”
Abdul Qodir :”Ya, terimaksaih”
Maryam :”nak, dimana rumahmu ?”
Abdul Qodir :”rumahku ada di perkampungan Jailan”
Zainab :”Kau
masih muda dan semangatmu untuk menuntut ilmu sangatlah tinggi nak, orang tuamu
sangat beruntung mempunyai putra sepertimu.”
Abdul Qodir :”Segala puji hanya milik Allah, Allah lah yang menggerakan hatiku
untukm mencintai ilmu.”
Hafshah :”nak, pilihanmu untuk menuntut ilmu di negeri Bagdad
sangatlah tepat. Bagdad memang merupakan pusatnya
ilmu dan peradaban.”
Abdul Qodir :”Sesungguhnya,
Allah lah yang menuntunku untuk pergi ke negeri Bagdad.”
Abdul Qodir dan kafilahpun
melanjutkan perjalanan mengarungi lautan pasir hingga sampailah mereka di
Hamadan. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba segerombol perampok menghadang Abdul Qodir dan kafilah untuk menjarah harta
benda mereka.
Ibrahim :”Hei
berhenti..!!!”
Abdullah :”Assalamu’aiykum”
kafilah :”wa..wa..wa’alaykum
salam..” (dengan nada ketakutan mereka menjawab salam dari rampok 1)
Asma :”Dasar bodoh..!!! kita ini hendak
merampok, bukan hendak meminta sedekah dari mereka”
Abdullah :”ma..ma..maafkan aku, aku lupa.”
Asma :”sudahlah
lupakan. Sekarang jarah harta benda mereka satu persatu.”
perampok :”baik”
Halimah :”Jangan tuan, kami
mohon jangan lakukan ini. Jika harta kami kalian rampas maka bagimana dengan
kelangsungan hidup kami dan keluarga kami..?”
Ibrahim :”Masa bodoh, itu bukan urusan kami, sekarang cepat
keluarkan semua harta milikmu .”
(sambil menghunuskan pedang)
Khalid :”Kalian
hanya bisa menindas yang lemah. Kalau bisa sini lawan aku.”
semua perampok :”semua,
seraaaaaang...!!!!!”
Semua perampok bertarung dengan
salah satu kafilah dagang yang pemberani, dan kafilah tersebut berhasil membuat
kawanan perampok itu kewalahan.
Abdullah :”ampuuun..ampuuun..”
Asma :”Dasar kalian ini
tidak berguna, mengalahkan satu orang saja kalian tidak bisa. Sini biar aku
yang tangani.” (Asma dan karimah bertarung dan pertarungan dimenangkan oleh
Asma, karimahpun mati akibat pedang yang dihunuskan Asma)
Karimah :”Asyhadu alla ilaahaillah.....”
Asma :”sekarang,
ayo cepat lanjutkan pekerjaan kalian..”
Setelah kematian karimah, ketakutan diantara kafilah
yang lainpun semakin menjadi-jadi. Semua perampok melanjutkan pekerjaannya
menjarahi harta benda kafilah.
Asma :”sekarang,
ayo cepat lanjutkan pekerjaan kalian..”
Ibrahim :”hei kamu.. cepat
serahkan hartamu..”
Sarah :”i..iyaa.. ini ambil saja tuan.”
Ibrahim :”mana hartamu..?”
Hafshah :”ini tuan ambil saja
semua milikku. Hanya ini yang aku punya.”
Abdullah :”keluarkan hartamu..”
Maryam :”ini tuan, ini semua
hartaku. Ambil semuanya tuan. Tapi aku mohon jangan bunuh aku dan anakku.
Biarpun anakku ini hitam dan sangat nakal tetapi aku sangat menyayanginya tuan.”
Alhadi :”iyaaaa,, ampuuuun.. ampunnnnn.. jangan
bunuh kami..!”
Asma :”hmm..baiklah,
kalian beruntung. Sekarag aku sedang tidak ingin membunuh orang lain lagi”
Razaq :”ayoo cepat keluarkan hartamu..!!”
Zainab :”iya tuan, ini perhiasan yang aku punya.”
Razaq :”baguuusss..”
Ibrahim :”Lalu kau, apa yang
kau punya.? Serahkan semuanya padaku..!”
Sofya :”Ini.. tuan.. silahkan ambil
saja..!”
Aziz :”hei
kau.. hanya ini yang kau punya,?”
Salamah :”ii..iya tuan, akau hanya mempunyai itu, jika tidak percaya
silahkan periksa.”
Aziz :”Baiklah
aku percaya padamu.”
Abdullah :”hei kau orang miskin,
apa yang kau punya.?
Abdul Qodir :”aku punya 80 dirham yang dijahitkan didalam bajuku”
Ibrahim :”hah.? Yang benar
saja kau, mana mungkin orang miskin sepertimu mempunyai banyak sekali dirham.?
hahaaaa”
Abdul Qodir :”ya tuan, aku tidak berbohong.”
Asma :”hahaaa..
hei anak kecil, kau ini lucu sekali.. jangan bermimpi disiang bolong seperti
ini. Sudahlah kawan-kawan tak perlu kalian dengarkan dia, mungkin dia sudah
gila.”
Setelah beberapa saat, tiba-tiba
terdengar suara yang lantang dari kejauhan. Ternyata itu adalah suara dari
ketua perampok tersebut..
Husain :”Hei anak buahku.. cepat kemari dan
bawa hasil jarahan kalian..”
perampok :”baik ketua” (bergegas)
Husain :”ternyata bagus juga kerja kalian.
Hari ini hasil jarahan kita dua kali lebih banyak dari pada kemarin..”
Abdullah :”Alhamdulillah ketua.”
Husain :”Dasar tolol, mengapa kau
mengucapkan Alhamdulillah. Kita ini mendapatkan harta dari hasil merampok..”
Abdullah :”memangnya salah ya ketua..? siapa tau dengan menyebutkan
Alhamdulillah, harta yang kita dapat akan diberkahi Allah.”
Asma :”dasar
kau ini, mana mungkin Allah memberkahi harta haram..? haha..”
Husain :”sudah, sudah tak perlu dibahas lagi.”
Semua Perampok :”baik ketua.”
Husain :”Tapii. Apakah kalian sudah
merampas semua harta kafilah itu.?”
Aziz :”sudah
ketua, akan tetapi ada satu yang belum. Dia orang miskin yang mengaku mempunyai
emas sebanyak 80 dirham yang dijahitkan di dalam bajunya..”
Asma :”iya ketua, pakainnya sungguh
jelek, mana mungkin dia mempunyai harta sebanyak itu.hahaa”
Abdullah :”iyaa hahaa.. ..”
Husain :”hmmmm benarkah itu..? lucu
sekali, miskin tapi mengaku kaya..”
Asma :”hahaaa..
iya benar ketua. Dengan melihat penampilannya yang seperti itu mana mungkin
kami percaya..hahah..”
Husain :”hmmmm.. tapiii aku jadi
penasaran.. hei kau pergi dan bawa anak itu kehadapanku..
cepaaaaaaatttttt...!!!”
Ibrahim :”ba..baaik ketua..”
Beberapa saat kemudian, Abdul Qodir
berhasil diseret untuk diserahkan kepada ketua perampok. Akan tetapi Abdul
Qodir tidak panik atau bahkan takut. Wajahnya tidak menunjukan rasa takut
sedikitpun walaupun pedang sudah siap menghunus lehernya.
Indra :”ketua, ini dia orangnya.”
Abdul Qodir :”Assalamu’alaykum”
Husain :”ooh jadi ini orangnya, kau masih
sangat muda rupanya. Lalu harta apa yang kau punya.?”
Abdul Qodir :”Aku mempunyai 80 dirham yang dijahitkan kedalam bajuku.”
semua perampok:”hahaaaaaaaaaa”
Husain :”kau.. cepat periksa pakaiannya.”
Mahmud :”ketua, sepertinya ada sesuatu dalam pakaiannya.” (terkejut
katena menemukan sesuatu)
Husain :”jangan bercanda kau.”
Mahmud :”aku tidak berbohong ketua.”
Husain :”kalau begitu cepat robek bajunya
dan keluarkan isinya”
Mahmud : (sambil menyobek baju) ”benar ketua, ada sebuah kantong dan
isinya memang dirham”
semua perampok:”hah?” (terkejut)
Husain :”benarkah..? coba kau hitung semua
dirham itu”
Asma :”Sini biar aku yang hitung.
1..2..3..4.. semuanya pas 80 dirham
ketua”
Husain :”hah.. aku tidak percaya.. hei
siapa namamu..? sekian lama aku merampok, baru kali ini aku menemukan orang
jujur sepertimu. Mengapa kau berbuat demikian.?”
Abdul Qodir :”Namaku Abdul Qodir, aku berkata jujur karena aku sudah berjanji
pada ummii untuk senantiasa berkata jujur dimanapun, kapanpun, kepada siapapun
dan bahkan dalam keadaan bagaimapun.”
Husain :(termenung kemudian menangis)
Asma :”Ada apa ketua, selama ini baru aku
melihat dirimu menangis.?”
Husain :”wahai anak buahku.. apa kalian
tidak malu..? lihatlah anak sekecil dia sudah bisa berlaku jujur dan sanggup
menepati janjinya kepada ibunya, kalian lihatkan..? sedangkan aku yang sudah
setua ini tidak pernah berlaku jujur terhadap orang lain apalagi terhadap
Tuhanku. Begitupun dengan kaliankan..?”
semua perampok :”iya betul sekali ketua,,”(merenung dan
menangis)
Husain :”wahai anak buahku.. mulai sekarang
aku akan bertaubat kepada Allah dan tidak akan merampok lagi. Jika sebelumnya
aku memimpin kalian dalam merampok maka saat ini aku akan memimpin kalian untuk
bertaubat.”
semua perampok:”iya ketua kamipun
akan bertaubat”
Husain :”Baiklah, sekarang mari kita
kembalikan barang jarahan ini kepada pemiliknya.. bagaimana. Setuju..?”
semua perampok:”Yaa. Tentu saja kami
setuju.. ayo kawan-kawan..”
Husain :”wahai
kafilah, maafkanlah kami.. sekarang kami sudah bertaubat dan kami akan
mengembalikan semua harta benda kalian..
semua Kafilah :”Alhamdulillah.. terimaksih banyak.”
Ruqayah :”Allah Maha Pemaaf dan insya Allah kamipun sudah memaafkan
kalian..”
semua Perampok:”Alhamdulillah
terimaksih banyak..” (kafilah dan perampok sling berjabat tangan)
Dengan jalan kejujuran Abdul Qodir
maka para perampok itupun akhirnya bertaubat kemudian Abdul Qodir melanjutkan
perjalanannya menuju negri Bagdad untuk menuntut ilmu. Berkat bakat
dan kesalehannya ia cepat menguasai semua ilmu. Masyarakat Bagdad sangat
mengagumi dan menghormati Abdul Qodir. Abdul Qodirpun digelari Ghauts
Al-A’dzam atau wali Ghauts terbesar. Dan di negeri kita Indonesia beliau
dikenal sebagi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Demikianlah persembahan dari IDAMAN
(Ikatan Pemuda Nurul Iman) semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah
ini.
Akhir kata..
“WASSALAMU’ALAYKUM WR WB”